Kisah tentang Musa bukan hanya kisah tentang pembebasan segerombolan budak dari Mesir pada masa milenium ke dua sebelum Masehi. Kisah ini merupakan sebuah cetak-biru dari rencana penyelamatan dunia. Musa adalah contoh awal dari Kristus. Musa berkata: “Lalu berkatalah Tuhan kepadaku: Apa yang dikatakan mereka itu baik; seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firmanKu dalam mulutnya dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya” (Ulangan 18:17-18).
Yohanes 6:14 “Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakanNya, mereka berkata: ‘Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia.”
Kisah Para Rasul 3:22-23, 26 22 “Bukankah telah dikatakan Musa: Tuhan Allah akan membangkitkan bagimu seorang nabi dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku: Dengarkanlah dia dalam segala sesuatu yang akan dikatakannya kepadamu; 23Dan akan terjadi, bahwa semua orang yang tidak mendengarkan nabi itu, akan dibasmi dari umat kita; 26Dan bagi kamulah pertama-tama Allah membangkitkan HambaNya dan mengutusNya kepada kamu, supaya Ia memberkati kamu dengan memimpin kamu masing-masing kembali dari segala kejahatanmu.”
Kisah Para Rasul 7:37-38 “Musa ini pulalah yang berkata kepada orang Israel: Seorang nabi seperti aku ini akan dibangkitkan Allah bagimu dari antara saudara-saudaramu. 38Musa inilah yang menjadi pengatara dalam sidang jemaah dipadang gurun diantara malaikat yang berfirman kepadanya di gunung Sinai dan nenek moyang kita; dan dialah yang menerima firman-firman yang hidup untuk menyampaikannya kepada kamu.”
Namun nenek moyang kita menolak untuk menaati Musa sama seperti mereka akan menolak Kristus di kemudian hari.
Kisah Para Rasul 7:39-40 “Tetapi nenek moyang kita tidak mau taat kepadanya, malahan mereka menolaknya. Dalam hati mereka ingin kembali ke tanah Mesir. 40Kepada Harun mereka berkata: Buatlah untuk kami beberapa allah yang akan berjalan di depan kami, sebab Musa ini yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir - kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia.”
Kisah Para Rasul 7:42 “Maka berpalinglah Allah dari mereka dan membiarkan mereka beribadah kepada bala tentara langit, seperti yang tertulis dalam kitab nabi-nabi.
Nabi yang akan dibangkitkan yang disebut dalam kitab Ulangan 18:8, adalah juga seorang imam dari Mazmur 110:4, dan seorang seorang Imam Besar dari Zakharia 6:13. Tidak diragukan lagi bahwa kita sedang membicarakan tentang Mesias yang akan mempunyai kuasa atas empat subdivisi tahta atau kerajaan didalam bait Allah (Zakharia 6:14). Hal ini mencerminkan struktur Kerub di dalam Yehezkiel 1:1; 10; Wahyu 4:7.
Kehidupan Musa Sebagai Sebuah Rencana
Rencana penyelamatan diambil dari keadaan pada saat Musa dilahirkan dan tahap-tahap kehidupannya. Kehidupan Musa dibagi menjadi tiga bagian, masing-masing 40 tahun lamanya. Ia hidup hingga usia 120 tahun (Ulangan 34:7).
Empat puluh tahun pertama dilewatkannya di Mesir. Empat puluh tahun yang kedua dilewatkannya di Midian sebagai seorang gembala (Kisah Para Rasul 7:29) dan empat puluh tahun yang terakhir di padang gurun.
Pelambangan dari tiga bagian kali empat puluh tahun ini hanya dapat dimengerti dengan sistem Yobel dan Kalender Sakral.
Dari rencana penyelamatan seperti yang digaris-besarkan dengan hari Sabat dan minggu; kita memperoleh istilah mengenai konsep enamribu tahun yang diikuti dengan sistem milennial atau kebangkitan Yesus Kristus selama seribu tahun (Wahyu 20:2-6). Petrus mengerti persamaan dari satu hari dengan seribu tahun seperti yang ditulisnya di dalam II Petrus 3:8.
Yang lebih penting lagi dari kehidupan Musa adalah pengertian bahwa seri waktu enam ribu tahun harus dibagi menjadi tiga bagian masing-masing mendekati angka empat Yobel. Yang berarti 40 x 50 = 2000 tahun. Fase pertama adalah dari masa penciptaan Adam hingga perjalanan Abraham untuk mendirikan sebuah bangsa yaitu bangsa Israel. Ukuran dari fase pertama ini tidak dapat dimengerti. Berdirinya bumi di bawah sebuah sistem baru yang berasal dari Adam tidak dapat dimengerti karena sistem ini telah dengan salah diasumsikan oleh rasionalisasi Agustinus dalam The City of God yang berupa pernyataan Alkitab bahwa Adam adalah manusia pertama adalah keliru, dan bahwa anak-anak Allah yang ditulis dalam Kejadian 6:4 bukanlah mahluk malaikat. Sekarang tidak diragukan lagi bahwa kaum Ibrani berpendapat bahwa Anak-anak Allah di dalam Kejadian 6:4 adalah mahluk malaikat (lihat Vermes Kitab-kitab Laut Mati dalam bahasa Inggris). Yudas 6 menuliskan bahwa malaikat-malaikat tersebut sama seperti Sodom dan Gomora, yang melakukan percabulan dan mengejar segala perbuatan kedagingan (sarkos eteras).
Pengertian tentang ilmu antropologi manusia adalah subyek yang berlainan dan akan menjadi subyek khotbah berikutnya. Namun demikian, arti pentingnya adalah bahwa penyingkiran Musa ke padang gurun adalah pencerminan terhadap penyelamatan manusia seperti halnya dalam Kisah Nuh dan bahteranya. Kisah ini juga dapat ditemukan di dalam legenda-legenda Timur Tengah lainnya. kisah Musa mungkin saja telah mempengaruhinya, namun tampaknya persamaan pengertian tentang kisah air bah adalah dasarnya. Ini merupakan sebuah fase penting tentang pembersihan bumi. Lebih penting lagi, fase ini mencerminkan keinginan para pemberontak untuk menyingkirkan atau menghancurkan para tokoh yang akan memegang peranan dalam pemulihan hukum dan keselamatan bumi ini. Usaha untuk menghancurkan Musa pada masa kanak-kanaknya adalah pencerminan usaha untuk menghancurkan Kristus pada masa kanak-kanakNya dari pembasmian anak-anak yang dilakukan oleh Herodes seperti yang tertulis dalam Matius 2:13-14.
Kristus juga merupakan simbol pembebasan seluruh Israel yang juga berarti bumi ini. Kristus dipanggil keluar dari Mesir (Hosea 11:1 juga di Matius 2:15) digunakan sebagai simbol sistem dunia yang berada di bawah kekuasaan pemberontak. Kepada Abraham telah diberikan Israel, Ishak dan Yakub yang memiliki hak anak sulung melalui situasi yang luar biasa. Ada pula keturunan Abraham lain seperti Ismail (Kejadian 25:12), kaum Edom dari Esau keturunan Ishak (Kejadian 25:25), dan anak-anak Ketura yang disebut di dalam Kejadian 25:1 yang salah satunya adalah bangsa Midian. Hak anak sulung telah diberikan kepada Ishak (Kejadian 25:5) dan kemudian diturunkan lagi kepada Yakub (Kejadian 27:6-30). Namun Tuhan telah memutuskan untuk mengirim mereka ke Mesir untuk melipatgandakan mereka melalui penderitaan. Contoh ini adalah cara penyisihan melalui masa tribulasi atau masa kesusahan (Wahyu 1:9) atau kesengsaraan yang kita hadapi untuk masuk kedalam Kerajaan Allah (Kisah Para Rasul 14:22).
Bangsa Israel telah menjadi besar jumlahnya hingga melebihi bangsa Mesir (Keluaran 1:9). Mereka dipaksa untuk bekerja keras (Keluaran 1:11) dan para bidan (Sifra yang berarti cerdas atau mempercantik dan Pua yang berarti sangat pandai atau membuat berkilau) diperintahkan untuk membunuh anak laki-laki (Keluaran 1:15-16). Karena takut kepada Allah, para bidan tersebut menolak untuk membunuh anak-anak lelaki. Dan karena mereka lebih memilih takut kepada Tuhan daripada kepada Firaun, maka Tuhan memberikan kepada mereka rumah tangga (Keluaran 1:21). Oleh sebab itu, mereka yang diberi nama karena kepandaian mereka dibebaskan dari tugas-tugas mereka seperti yang diinginkan Allah dan mereka dipersatukan dengan masa depan Israel. Kisah ini dalam penerapannya memiliki arti tentang penghapusan fungsi kaum berpendidikan (cerdas) dan agamawan (pandai) dalam hubungannya dengan kerohanian Israel dan perkembangannya selama berada di bawah penyiksaan Mesir. Mereka yang menaati Allah daripada sang penguasa akan dilindungi dan diberi warisan.
Firaun memerintahkan agar para anak-anak lelaki dibuang ke dalam sungai Nil (Keluaran 1:22) dalam usaha mengontrol Israel.
Musa dilahirkan dari suku Lewi (Keluaran 2:1-3). Ia disembunyikan selama tiga bulan dan kemudian dihanyutkan di sungai. Kisah ini sangat terkenal. Keranjang Musa dijaga oleh Miriam sampai ditemukan oleh putri Firaun, yang kemudian dipelihara seperti anaknya sendiri (Keluaran 2:5-10). Tindakan ini menggantikan kisah Horus yang diselamatkan oleh Buto dari pulau terapung Chemmis. Buto adalah dewa dari Pe-Tep yang juga merupakan satu dari sepuluh dewa sakral bangsa mesir (lihat appendix).
Menurut Josephus (A of J, Bk. II, Ch. X) Musa menjadi Jendral tentara Mesir dalam sebuah peperangan penting melawan bangsa Etiopia. Mereka telah menyerang sejauh Memphis. Para peramal Mesir mencatat bahwa Musa akan membebaskan mereka dan Firaun memerintahkan putrinya untuk mendidiknya sebagai pemimpin tentara. Irenaeus mengutip tradisi ini dalam sandiwaranya (ap.ed. Grab hal. 472 dikutip oleh Whiston). Mungkin sejarah inilah yang tercatat dalam Kisah Para Rasul 7:22. Ia menikahi putri raja Etiopia yang tertarik kepadanya dan pemimpin kota diserahkan kepadanya. Demikianlah Musa dididik di bidang pengetahuan dan struktur militer Mesir sehingga ia dipersiapkan untuk berjuang bagi Israel dan memimpin mereka di padang gurun. Demikianlah Allah menyiapkan seseorang dan memeliharanya dengan sistem dunia untuk membebaskan manusia keluar dari sistem tersebut.
Empat Puluh Tahun Yang Kedua
Musa lari dari Mesir setelah membunuh pengintai Mesir. Ia lari setelah ditolak oleh saudara-saudaranya.
Kisah Para Rasul 7:27-30 “Tetapi orang yang berbuat salah kepada temannya itu menolak Musa dan berkata: siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami? 28Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti kemarin engkau membunuh orang Mesir itu? 29Mendengar perkataan itu, larilah Musa dan hidup sebagai pendatang ditanah Midian. Disitu ia memperanakkan dua orang anak laki-laki. 30Dan sesudah empat puluh tahun tampaklah kepadanya seorang malaikat di padang gurun gungung Sinai didalam nyala api yang keluar dari semak duri.”
Arti penting dari waktu yang dilewatkan Musa menggembalakan kawanan ternak adalah untuk menunjukkan bahwa Israel akan melewatkan empat Yobel dari Abraham hingga Mesias dalam perkembangan sejarah dan tradisi rohani mereka, dengan kata lain, gudang kebijakan mereka. Anak sulung Musa diberi nama Gersom (yang berarti seorang asing di tanah asing), merupakan lambang bangsa Israel dan Yehuda.
Periode Empat Puluh Tahun Yang Ketiga
Pembebasan dunia ini sebagai Israel yang lebih besar akan dimulai dengan Mesias seperti halnya Musa dengan Israel secara fisik.
Musa dipanggil Allah melalui seorang malaikat (Keluaran 3:2) yang disebutnya sebagai Yahwe (Keluaran 4:10, diubah oleh Sopherim menjadi Adonai). Malaikat tersebut membawa nama sebagai sebuah simbol kuasa dari Yahwe semesta alam. Allah berbicara melalui dia (Keluaran 3:4).
Doktrin kebangkitan yang dijelaskan di dalam Matius 22:31-32 ditemukan sebagai perkataan yang diucapkan oleh Kristus di dalam Keluaran 3:6 kepada Musa demi nama Allah.
Lebih lagi kataNya, Akulah Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Allah menyatakan diriNya sendiri kepada Musa, dan demikian juga Kristus bagi Israel seperti yang akan dilakukanNya dengan lebih sempurna lagi di kemudian hari untuk dunia melalui Mesias secara pribadi. Menurut Bullinger, Allah menyatakan namaNya kepada Musa dalam sebuah bentuk (lihat catatan Companion Bible Keluaran 3:14): ‘ehyeh ‘asher ‘ehyeh Aku adalah Aku
Bentuk yang kita ketahui dari struktur ini adalah YHVH diucapkan sebagai Yah(o)vah atau Yahoveh. YHVH diperlakukan sebagai bentuk orang pertama, namun versi Penjelasan Oxford dari RSV menyatakan bahwa YHVH sebenarnya merupakan bentuk orang ke tiga yang berarti Ia adalah penyebabnya. Arti penting dari wahyu ini adalah bahwa Allah menyatakan diriNya sendiri sebagai sebuah struktur yang berkembang yang sekarang kita mengerti sebagai segala di dalam segalanya (1 Korintus15:28; Efesus 4:6). YHVH menjadi referensi orang ke tiga bagi pewahyuan. Karenanya, Ia adalah penyebabnya menjadi referensi bagi setiap pembantu elohim yang disebut dengan istilah YHVH.
Jelas sekali bahwa Israel dimonitor dan bahwa Musa dikirim untuk membebaskan mereka keluar dari Mesir dan untuk mengambil warisan dari mereka yang telah melepaskan warisan mereka karena pemberontakan. Dalam contoh dunia, anak-anak Kanaanlah yang telah melepaskan warisan tersebut karena kutukan Nuh (Kejadian 9:25-26) namun lebih khusus lagi adalah para penghuni surga yang telah jatuh karena memberontak.
Allah memerintahkan Musa untuk pergi kepada Firaun dengan para penatua Israel untuk meminta agar mereka diijinkan pergi ke padang gurun selama tiga hari perjalanan untuk mempersembahkan korban kepada Allah (Keluaran 3:18) (Berhubungan dengan Tanda Yunus).
Musa ragu-ragu untuk menjalankan tugas-tugasnya. Allah memilih Harun untuk menjadi mulut bagi Musa dan Allah mengurapi Musa sebagai elohim atas Harun (Keluaran 4:16 “Ia harus berbicara bagimu kepada bangsa itu, dengan demikian ia akan menjadi penyambung lidahmu dan engkau akan menjadi seperti Allah baginya”).
Demikianlah hubungan antara atasan dan bawahan antara Kristus dan Allah, seperti firman bagi Allah, dinyatakan dalam hubungan antara Musa dan Harun.
Allah berkata kepada Musa bahwa Ia akan membuat Musa sebagai Allah bagi Firaun di dalam Keluaran 7:1 “Berfirmanlah Tuhan kepada Musa: Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai Allah bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu.”
Demikianlah pemilihan ini ditunjukkan untuk diterapkan ke dalam sistem dunia dimana Kristus yang telah dipilih sebagai Allah memiliki kuasa atas bangsa-bangsa, seperti halnya Musa.
Kaitan Musa sebagai Allah mungkin dapat dicerminkan dalam transfigurasi di dalam Markus 9:4. Sistem pemerintahan ini akan dikembangkan di hari-hari akhir. Para pemimpin bangsa adalah Allah, seperti Musa dan Elia di bawah Kristus dengan Daud sebagai Allah atas Israel (Za 12:8) dimana “keluarga Daud akan menjadi seperti Allah, seperti Malaikat Tuhan, yang mengepalai mereka.”
Dalam Keluaran 7:2 Allah berkata kepada Musa (malaikat YHVH): “Engkau harus mengatakan segala yang Kuperintahkan kepadamu, dan Harun, abangmu, harus berbicara kepada Firaun, supaya dibiarkannya orang Israel itu pergi dari negerinya. Tetapi Aku akan mengeraskan hari Firaun, dan Aku akan memperbanyak tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang Kubuat di tanah Mesir. Bilamana Firaun tidak mendengarkan kamu, maka Aku akan mendatangkan tanganKu kepada Mesir dan mengeluarkan pasukanKu, umatKu, orang Israel, dari tanah Mesir dengan hukuman-hukuman berat. Dan orang Mesir itu akan mengetahui, bahwa Akulah Tuhan, apabila Aku mengacungkan tanganKu terhadap Mesir dan membawa orang Israel keluar dari tengah-tengah mereka.”
Sekarang, penting bagi kita untuk mengingat arti kata Israel. Israel adalah gabungan dari kata El (SHD 410 atau Allah) dan sarah (SHD 8280 memiliki kuasa seperti seorang pangeran atau memerintah) maka bila disambung: Ia akan memerintah seperti Allah. Inilah arti penting dari kata Israel. Israel rohani akan memerintah sebagai Allah.
Pelambangan dari Kisah Mesir adalah bahwa Mesir berada dibawah pemerintahan manusia yang telah jatuh ke dalam dosa dan sistem pemerintahannya mewakili sistem pemerintahan Allah namun terdiri dari para allah-allah yang telah jatuh. Firaun sendiri memiliki karakter sebagai allah bagi rakyatnya. Namun yang lebih penting adalah bahwa Allah hendak menunjukkan supremasi kekuasaanNya yang melebihi seluruh pemerintahan yang telah didirikan dibumi seperti yang akan dilakukanNya dihari-hari terakhir dengan serangkaian kutukan dan malapetaka yang serupa.
Di Mesir, Allah berurusan dengan sumber setiap dewa-dewa Mesir. Kitab Wahyu adalah cetak-biru bagi fase terakhir dimana Allah akan berurusan dengan para dewa dunia ini karena mereka disembah pada akhir abad keduapuluh. Di Mesir, Ia berurusan dengan simbol-simbol mereka.
Sistem pemerintahan Mesir terdiri dari paling sedikit sepuluh dewa dari Kitab Kematian (Lihat Appendix) dan nampak dari sumbernya bahwa ada duabelas dewa yang terlibat dalam parlemen atau badan penasihat yang dikepalai oleh Kepala Dukun Mesir yang disimbolisasikan dengan Amon, atau Amon-Ra. Konsep-konsep Ibrani yang terbawa hingga abad pertama setelah Masehi adalah adanya duabelas anak-anak lelaki terang dan duabelas anak-anak lelaki kegelapan. Demikianlah terlihat bahwa setengah dari badan penasihat telah jatuh bersama setan.
Kitab Kematian ditulis dalam istilah Mesir, REU NU PERT EM HRU atau Bab-bab mengenai hari yang akan datang
Oleh sebab itu istilah Keluaran merupakan sebuah pencerminan langsung dan penolakan sistem kepercayaan Mesir. Kutuk-kutuk yang dinyatakan di kitab Keluaran merupakan sebuah serangan langsung terhadap tugas-tugas khusus atau manifestasi-manifestasi para dukun yang terlibat.
Allah memberikan kepada Musa tiga tanda yang mungkin dipercayai oleh bangsa Mesir. Dalam Keluaran 4:2 tertulis:
1. Tongkat yang menjadi seekor ular.
2. Tangan yang terkena kusta dan sembuh seketika.
3. Kemampuan untuk merubah sungai Nil menjadi darah.
Arti penting dari tanda-tanda tersebut adalah bahwa ia diberi kuasa melampaui roh iblis, melebihi kedagingan manusia, dan melebihi air yang mengalir yang merupakan simbol dari kekuatan roh.
Ancaman terakhir diberikan kepada Firaun berupa kematian bagi anak sulung laki-laki (Keluaran 4:23). Arti penting dari ancaman ini dijelaskan melalui konteks di dalam Keluaran 4:24 dimana Tuhan hendak mencari dan membunuh Musa. Alasannya adalah bahwa ia tidak menyunat anaknya laki-laki seperti yang diperintahkan Abraham. Demikianlah Zipora mengambil pisau batu dan memotong kulit khatan anaknya (Keluaran 4:24-26). Demikianlah Musa diampuni oleh darah. Penyunatan dengan menggunakan pisau batu dijelaskan sebelumnya bahwa Allah adalah batu karang dimana semua daging akan disunat di dalam hati dan memperoleh keselamatan.
Tuhan juga mengirim Harun kepada Musa, demikianlah saksi-saksi yang lebih besar dan yang lebih kecil dari kitab Keluaran bekerja pararel yang juga akan terjadi di hari-hari terakhir, seperti yang tertulis pada Wahyu 11:3.
Ketika Israel meminta ijin kepada Firaun untuk pergi ke padang gurun untuk mempersembahkan korban, Firaun menyatakan bahwa ia tidak mengenal Yehova dan bahwa ia tidak akan membiarkan Israel pergi dan bahkan menghukum mereka dengan tidak memberi mereka jatah jerami. Pernyataan Firaun bahwa ia tidak mengenal Yehovah adalah benar. Allah tidak menyatakan diriNya kepada Mesir dan sejak peristiwa air bah bangsa Mesir telah berbalik menyembah allah daerah dimana mereka berada. Ulangan 32:8 telah diubah dalam teks Masoretis sehingga berbunyi “Ia menetapkan wilayah bangsa-bangsa menurut bilangan anak-anak Israel.” Namun Septuaginta menuliskan: “Ketika yang Maha Tinggi memisah-misahkan bangsa-bangsa, ketika Ia memisahkan anak-anak Adam, ia meletakkan batas sesuai dengan jumlah malaikat-malaikat Allah.
Pernyataan ini didukung oleh gulungan kitab-kitab Laut Mati yang menuliskan bene eliym, atau Anak-anak Allah (lihat Umat Pilihan sebagai Elohim). Maka bangsa-bangsa dialokasikan sesuai dengan isi surga, dan Mesir adalah subyek bagi badan penasihat yang jatuh. Mungkin terdapat sekitar 70 dewa diantara bangsa Mesir yang mempersatukan rakyatnya.
Setelah permohonan yang pertama, bangsa Israel berbalik dari Musa karena putus asa dan karena perbudakan yang berat (Keluaran 6:8), dan Musa meragukan tugasnya dengan dalih bahwa lidahnya tidak petah (Keluaran 6:12,30). Namun Tuhan berkata “Sekarang engkau akan melihat, apa yang akan Kulakukan kepada Firaun, sebab dipaksa oleh tangan yang kuat ia akan membiarkan mereka pergi….” (Keluaran 5:24). Ayat ini berhubungan dengan Keluaran di hari terakhir nanti setelah kembalinya Mesias di dalam Yesaya 66:20 dimana saudara Israel akan dibawa keluar dari segala bangsa sebagai persembahan kepada Tuhan dan bagi para iman dan orang Lewi. Demikianlah kekerasan hati bangsa Mesir adalah untuk menyatakan supremasi Yehova secara fisik yang mengatasi para penghuni surga yang telah jatuh.
Musa berumur delapanpuluh tahun ketika ia dibuat seperti Allah (Keluaran 7:1) dan dikirim kepada Firaun (Keluaran 7:7). Maka dimulailah fase yang ke tiga.
Mujizat-mujizat
1. Ular
Ular/tongkat memakan ular bangsa Mesir (Kel7:10-13) menunjukkan supremasi Yehova. Ular kobra merupakan simbol kekuasaan tertinggi bangsa Mesir.
2. Darah
Sungai Nil dan semua air di Mesir diubah menjadi darah dan ikan-ikan mati karenanya (Keluaran 7:17-19). Para ahli sihir melakukan hal yang sama dan seluruh bangsa Mesir menggali air di sekitar sungai Nil dan menyaringnya dengan pasir (Keluaran 7:24). Demikianlah Firaun mempunyai penjelasan secara ilmu pengetahuan untuk fenomena tersebut, dan karenanya ia meragukan perbuatan Allah. Sama seperti halnya para ahli ilmu pengetahuan di hari-hari terakhir yang dapat menerangkan apa yang sedang terjadi di bumi ini selama kemarahan Allah dinyatakan dan disuarakan. Peristiwa ini sekali lagi menyerang Buto dan dewa-dewa sungai Nil.
3. Katak
Setelah tujuh hari Musa kembali dikirim kepada Firaun untuk membiarkan Israel pergi atau kutukan katak dan yang juga menyangkut sungai Nil akan dijatuhkan (Keluaran 7:25; 8:2). Sungai Nil adalah sumber utama kehidupan di Mesir dan yang alirannya sangat dapat dipercaya sehingga orang Mesir bergantung kepadanya daripada kepada Tuhan. Itulah sebabnya mengapa bukan negara Mesir atau Asiria yang diberikan kepada orang Israel, melainkan negara Kanaan, dimana hujan yang turun pada musimnya dapat secara langsung mencerminkan hubungan mereka dengan Allah.
Katak-katak mewakili roh-roh, bukan hanya yang berada di Mesir. Tulah ini juga merupakan tanda dari roh-roh najis yang pada hari-hari terakhir akan seperti katak yang keluar dari mulut naga, mulut binatang dan mulut nabi palsu (Why 16:13).
Para ahli sihir Mesir juga berbuat hal yang sama. Mereka membuat katak-katak bermunculan di tanah Mesir (Keluaran 8:7). Firaun memerintahkan Musa untuk mengusir katak-katak itu pergi dan membiarkan mereka hanya barada di sungai Nil saja (Keluaran 8:9). Musa melakukan apa yang diperintahkan, namun karena memiliki penjelasan atas tulah yang terjadi, Firaun tidak mengijinkan Israel pergi. Hal ini akan terjadi lagi.
4. Lalat pikat
Di dalam Keluaran 8:21, Tuhan mengirim Musa untuk menjatuhkan tulah lalat pikat atas Mesir. Namun tanah Gosyen, dimana orang Israel tinggal akan bebas dari tulah. Sekarang, tulah ini mungkin terdiri dari berbagai jenis lalat, ngengat dan nyamuk. Jenis alamiahnya tidak diperjelas.
Tanda ini dimaksudkan untuk memperjelas batas antara bangsa Israel dan Mesir. Tujuannya adalah supaya tampak jelas bahwa bangsa Israel dipisahkan dan dikuduskan. Lalat-lalat itu juga ada di tengah bangsa Kanaan, saudara-saudara bangsa Mesir, dan merupakan simbol dari Baalzeebub, dewa Ekron.
Lalat merupakan tamu yang selalu ada pada upacara-upacara persembahan dan tampak bahwa lalat diambil sebagai simbol kebenaran bahwa dewa ikut mengambil bagian dalam persembahan tersebut. Demikianlah, apa yang dianggap sebagai suatu kegiatan yang menyenangkan diri diubah menjadi sebuah kutukan jahat. Simbol-simbol itu dipaksakan masuk kedalam kerongkongan orang Mesir.
Firaun kemudian berkata bahwa bangsa Israel dapat mempersembahkan korban di negara Mesir (Keluaran 8:25), namun Musa menolak karena bangsa Mesir memandang keji kegiatan agama asing dan ini merupakan alasan yang baik. Firaun kemudian berkata bahwa ia akan mengijinkan mereka pergi asal tidak terlalu jauh (Keluaran 8:28). Musa menyingkirkan lalat-lalat tersebut namun Firaun kembali menolak mengijinkan mereka pergi.
5. Penyakit sampar pada ternak
Tulah berikutnya mungkin disebabkan dari Anthrax atau jenis penyakit yang lain yang disebarkan oleh lalat, namun ini merupakan perkiraan ilmu pengetahuan modern untuk mengurangi keajaiban alami campur tangan Allah. Namun demikian, ternak (termasuk kuda, lembu, unta, kawanan binatang dan kambing domba) Israel tidak terpengaruh. Tentu saja hal ini mungkin terjadi karena tulah lalat tidak menyerang mereka. Firaun diberi waktu duapuluh empat jam peringatan namun ternak-ternak tetap mati. Perbedaan kekudusan diperpanjang sampai kepada ternak-ternak mereka karena syarat-syarat yang berbeda dalam pemberian persembahan dan ini merupakan simbol dari Mesias yang dipersembahkan. Di Mesir, lembu juga dipersembahkan kepada Apis dan diidentifikasikan dengan tanda-tandanya. Demikianlah, matinya ternak-ternak merupakan penyerangan langsung pada manifestasi Apis.
6. Barah
Firaun masih tetap tidak mengijinkan Israel pergi dan karenanya tulah barah dikirim ke bangsa Mesir (Keluaran 9:8-12). Para ahli sihir juga terkena tulah ini. Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak mampu mengendalikan masalah ini. Tulah ini merupakan sebuah penyerangan langsung terhadap praktik perdukunan dari proses medis-mistis di Mesir. John J. Davis, dalam bukunya Moses and the Gods of Egypt, hal 82 mencatat adanya perbedaan di Mesir antara sihir dan medis.
Tulah ini menimpa hewan dan manusia. Sebuah cermin atas kondisi mereka yang najis, namun Firaun masih tetap tidak mengijinkan bangsa Israel pergi. Kondisi ini akan terjadi juga pada hari-hari terakhir ketika manusia akan tertimpa rasa sakit yang timbul dari tanda binatang (Wahyu 16:11).
Setelah tulah barah dan Firaun tetap tidak mengijinkan mereka pergi, dinyatakan kepada Mesir bahwa Allah sebenarnya dapat menghancurkan mereka, namun hal itu tidak dilakukanNya agar kuasa Tuhan dapat dimanifestasikan di seluruh bumi (Keluaran 9:16).
7. Hujan es
Duapuluh empat jam pemberitahuan diberikan kepada bangsa Mesir agar mereka dapat memasukkan hewan ternak mereka ke dalam rumah atau mereka akan mati di padang, baik manusia maupun binatang mereka. Peringatan ini diberikan sebagai peringatan dan sebuah ejekan karena para penyihir Mesir juga merangkap sebagai dukun pertanian yang mengendalikan musim. Tulah ini juga akan digunakan kembali pada hari-hari terakhir (Wahyu 11:19; 16:21). Mereka yang takut kepada Tuhan akan masuk ke dalam rumah; mereka yang tidak akan mati di padang (Keluaran 9:21). Kilat, hujan es dan api akan menyapu bumi dan memporak-porandakan semua manusia dan binatang dan semua pohon di padang kecuali di tanah Gosyen (Keluaran 9:26). Firaun menyerah, namun Musa berkata bahwa ia tahu bahwa Firaun dan pegawainya belum takut kepada Tuhan Allah (Keluaran 9:30).
8. Belalang
Tuhan menggunakan tulah ini untuk menegaskan bagaimana Firaun dan bangsa Mesir direndahkan, dan supaya anak cucu bangsa Israel dapat mengetahuinya (Keluaran 10:2). Belalang-belalang itu akan memakan habis apapun yang tersisa di ladang yang terluput dari hujan es (Keluaran 10:3-6).
Firaun mencoba untuk membiarkan kaum pria pergi dan tetap menahan wanita dan anak-anak sebagai sandera agar mereka kembali (Keluaran 10:8-11).
Tulah itu kemudian dikirim dan rusaklah tanah dan ladang yang ada, dan dengan demikian hancur pula kekuasaan para dewa dan dukun-dukun pertanian. Karena permintaan Firaun, maka Musa berdoa kepada Tuhan dan bertiuplah angin barat yang sangat kencang sehingga belalang-belalang itu terlempar masuk ke dalam Laut Teberau (Keluaran 10:19).
9. Gelap gulita
Tulah ini merupakan serangan langsung terhadap kekuasaan tertinggi dewa Mesir, Dewa Matahari Ra atau Amon-Ra. Kegelapan yang pekat meliputi Mesir selama tiga hari, namun terang tetap bersinar di daerah orang Israel tinggal (Keluaran 10:21-23).
Kemudian Firaun mengijinkan bangsa Israel pergi, namun kambing domba dan lembu sapi harus ditinggal. Musa menolak dengan alasan mereka harus mempersembahkan korban sembelihan dan korban bakaran (Keluaran 10:25).
Firaun tetap berkeras hati dan menyatakan bahwa jika pada hari itu ia melihat wajah Musa lagi, maka Musa akan mati. Musa berkata, “Tepat seperti ucapanmu itu! Aku takkan melihat mukamu lagi!” (Keluaran 10:29). Firaun mengumumkan hukuman atas dirinya sendiri.
Allah berkata bahwa setelah satu tulah lagi, Firaun akan mengusir Israel pergi seluruhnya (Keluaran 11:1).
10. Anak sulung mati
Allah memutuskan untuk membunuh semua anak sulung bangsa Mesir (Keluaran 11:4). Namun akan melindungi Israel sedemikian rupa hingga tidak ada satu anjingpun yang akan menggonggong sehingga perbedaan antara kedua bangsa itu akan terlihat jelas. Anak sulung adalah kudus bagi Tuhan dan merupakan simbol dari buah sebuah negara. Bangsa Mesir telah membalik kalendar dengan membuat malam mengikuti siang berdasarkan perhitungan matahari. Thoth, juga dewa Bulan, adalah inti dari para dewa dan setara dengan Hermes bagi bangsa Mesir. Ia merupakan konsep terdekat tentang jurubicara bagi para dewa. Istrinya juga diistilahkan sebagai Nyonya Rumah bagi Buku-buku, Nyonya Rumah bagi para Arsitek, dan Peletak Dasar bagi Kuil-kuil. Demikianlah jabatan sepasang dewa ini diasumsikan secara Alkitabiah sesuai dengan Mesias dan gerejaNya.
Dan dengan demikian pembunuhan anak-anak sulung pada malam hari pada bulan purnama dan penyingkiran Israel dari Mesir pada siang dan malam hari merupakan sebuah pernyataan kuasa yang melebihi para dewa dan juga istilah: Hari Yang Akan Datang atau mungkin masuk k edalam hari seperti yang kata-kata Mesir yang diartikan oleh beberapa penguasa sebagai dasar dari sebuah judul buku kuno Bab-bab Mengenai Hari Yang Akan Datang atau apa yang sekarang dikenal dengan Kitab Kematian (Budge, Arkana, NY 1985 Pendahuluan, hal. xciii-xciv); Bab Pendahuluan I, PERT EM HRU, menyimbolkan kepercayaan bangsa Mesir kuno yang sangat terkenal bahwa perjalanan ke Dunia Lain mengisi tubuh orang yang meninggal selama satu hari satu malam dari hari kematiannya, dan bahwa ia tidak masuk ke dalam dunia orang-orang yang diberkati hingga keesokan paginya pada waktu matahari terbit.
Sementara orang yang meninggal ditemani di dalam kubur, kepala agama mengumumkan kepada orang tersebut bahwa ia adalah Thoth (inti para dewa) dan Maha Dewa dan bahwa ia memiliki kuasa untuk melakukan atas namanya semua yang ia dan Horus lakukan untuk Osiris…(dalam karya tersebut di atas).
Maka Allah membawa bangsa Israel keluar pada malam Paskah melewati siang dan malam hari untuk menunjukkan aspek kutukan bangsa Mesir setelah Ia membunuh anak sulung mereka pada tengah malam. Sehingga sesuai pengertian mereka, perjalanan orang yang meninggal tidaklah sempurna, dan bahwa Allah memegang kendali atas kehidupan dan kematian.
Peraturan upacara Paskah kemudian ditentukan seperti yang muncul pada Nisan dimana dari upacara inilah awal tahun yang kudus ditentukan. Seekor domba harus dipisahkan pada hari ke sepuluh pada bulan tersebut bagi setiap keluarga. Domba paskah adalah Mesias dan bahwa Ia dibunuh pada hari keempatbelas pada bulan tersebut pada sore hari. Pada bulan pertama hari keempatbelas bulan tersebut, kita semua diperintahkan untuk memakan roti tidak beragi hingga hari keduapuluh-satu pada bulan yang sama sore hari (Keluaran 12:18). Inilah perayaan roti tidak beragi.
Pada malam pembunuhan anak sulung orang Mesir, orang Israel harus menyapukan darah pada ambang atas pintu dan tiang-tiangnya dan mereka harus tinggal di dalam rumah. Arti penting dari paskah adalah bahwa ketika malaikat maut melewati daerah kediaman Israel pada malam itu, ia akan melihat ada darah domba yang telah dikorbankan, yaitu Mesias yang telah dikorbankan. Ia akan dibunuh tepat pada saat upacara ini dikumandangkan untuk membuka jalan bagi Israel memasuki sebuah hubungan dengan Allah. Paskah ini seharusnya menjadi tanda pada tangan dan mata diantara kita dengan Tuhan.
Tuhan tidak mengijinkan umatnya pergi melewati negara Filistin karena jika mereka melihat perang mereka akan kembali ke Mesir meskipun rute perjalanan tersebut adalah rute yang terdekat dan termudah. Ia memimpin mereka melewati laut Merah (Keluaran 13:17-18).
Bangsa Israel berkemah di Pi Ha Hiroth di depan Baal-Zephon. Beberapa orang membaca Baal-Zephon sebagai Dewa Angin Ribut atau Penghancur, yang lain menyebutnya sebagai Dewa Musim Dingin. Meskipun demikian kita berurusan dengan konsep kekudusan yang lain dan tulah ke sepuluh yang menimpa Mesir. Oleh sebab itu kita sedang berurusan dengan kesepuluh dewa-dewa dari tanah Mesir dan Osiris.
Sementara berada disana, bangsa Israel dikejar oleh tentara Mesir. Alkitab-alkitab modern berusaha menyelipkan fakta bahwa sebenarnya mereka berkemah sedikit ke utara dari Laut Merah. Ini dilakukan dalam usaha untuk meniadakan adanya mujizat-mujizat lain yang terjadi dalam peristiwa ini. Kristus meletakkan diriNya sendiri dalam sebuah tiang api dan awan diantara orang Israel dan Mesir. Kisah ini sangat terkenal.
Dari Keluaran 14:10, ketika tentara Mesir mendekat, orang Israel mulai merasa takut. Musa berkata: “Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari Tuhan, yang akan diberikanNya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya. Tuhan akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja.”
Musa diperintahkan untuk mengacungkan tongkatnya dan membelah lautan dan kemudian berjalan maju sehingga pasukan berkuda dan orang-orang Mesir akan menyusul dan tenggelam: “Maka orang Mesir akan mengetahui, bahwa Akulah Tuhan.”
Ini menunjukkan betapa Tuhan untuk yang terakhir kalinya mengeraskan hati Firaun. Inilah tulah yang ke sepuluh dan yang terakhir.
Tiang Api Dan Awan
Tiang api memiliki arti penting khusus bagi bangsa Mesir. Dari judul yang tertulis pada bab ke 63 dari Kitab Kematian diketahui bahwa kepala manusia tidak boleh dipenggal di dunia bawah. Pada bab tersebut, Osiris mengklaim dirinya sendiri seperti Kristus sebagai Mesias. Tertulis: Akulah yang Maha Besar, anak dari yang Maha Besar; Akulah Api, anak dari Api, kepada siapa diserahkannya kepalanya setelah dipenggal … Aku telah membuat diriku sendiri utuh dan sempurna; Aku telah memperbaharui masa-mudaku; Akulah Osiris, tuhan atas kekekalan (Budge, dalam karya tersebut di atas, Pendahuluan, hal. xxxiv).
Hampir serupa tertulis dalam bab ke 69 (Budge dalam karya yang disebutkan hal. 234), Osiris mengklaim dirinya sebagai Dewa Api, saudara kudus Dewa Api … anak sulung dari para dewa dan ahli waris dari ayahku Osiris-seb (?). Maka pilar api dan awan keduanya berfungsi sebagai sebuah tanda bagi Israel dan sebuah cemoohan bagi Mesir (dan Osiris) yang melihatnya sebagai api. Ketika mereka ditenggelamkan dan oleh karenanya tidak ada satupun dari mereka yang terpenggal kepalanya dalam peperangan. Lebih jauh lagi, kematian di dalam air mungkin merupakan referensi untuk suatu kegiatan kuno yang sering dilakukan sebelum adanya kerajaan dan kemudian merupakan larangan terhadap kegiatan merebus tubuh orang yang sudah meninggal di dalam air (Budge, dalam karya tersebut di atas).
Oleh sebab itu Kisah Musa merupakan sebuah bagian integral mengenai pengertian tentang paskah. Penting karena berhubungan dengan tahap-tahap dan segala bentuk penipuan yang digunakan untuk mencegah pengertian yang sesungguhnya tentang apa yang terjadi dalam pemberontakan manusia dan rencana penyelamatan dalam hubugannya dengan struktur dan bagaimana membawa kembali manusia menjadi satu dalam kehendak Allah.
Demikianlah kisah ini berakhir dengan perjalanan di padang gurun selama empat puluh tahun. Perjalanan ini melambangkan perjalanan kerohanian Israel yang berputar-putar di dalam sistem dunia sebagai orang yang terhukum di bawah penderitaan namun bertumbuh di dalam kasih karunia dan pengetahuan. Empat puluh tahun merupakan simbol dari empat yobel dan dua ribu tahun yang berakhir dengan datangnya Mesias dalam kuasa dan kemuliaanNya. Dengan tanganNya yang berkuasa Ia akan membawa Israel keluar dalam Kisah Keluaran yang berikutnya yang tertulis dalam Yesaya 66. Pada waktu ini, mereka yang terpilih akan ikut membantu sebagai mahluk rohani. Tulah-tulah yang menimpa Mesir akan terulang, seperti yang tertulis nyata dalam nubuatan tentang Perayaan Tabernakel dan kembalinya Mesias.
Appendix untuk Musa dan Para Dewa Mesir
Kosmologi Timur Tengah
Secara universal dipahami pada akhir air bah dan telah diadopsi oleh kosmologi bangsa Sumeria dan Mesir, tentang adanya dewan para dewa. Dipahami pula bahwa ada satu pencipta dari para dewa-dewa tersebut dan bahwa mereka dipimpin oleh seorang presiden. Orang Cina memberi istilah bagi dewa tertinggi sebagai Tuan Surgawi dari Awal Permulaan. Orang ke dua dari kepala dewa adalah suatu mahluk yang dikenal sebagai Permata Yang Berharga yang pemerintahannya dikelilingi oleh sebuah dewan. Ia memerintah bumi dan pada suatu hari akan digantikan oleh Pintu Emas Permata dari Tuan Surgawi Fajar Hari (New Larousse Encyclopedia of Mythology, hal 381). Pengertian ini sesuai dengan kedudukan Alkitabiah bahwa dunia ini sekarang diperintah oleh bintang fajar yang bernama Setan, yang akan digantikan oleh sebuah bintang fajar yang baru yaitu Kristus. Pengertian ini memenuhi seluruh bangsa di dunia dan akan diterangkan dalam karya dunia mistik.
Kosmologi bangsa Assyro-Babylonia menyatukan bapa dari elim atau para dewa yang disebut Ea (New Larousse, hal 56). Ia menciptakan Marduk yang adalah terang bapa yang memilikinya. Marduk diletakkan pada posisi yang memiliki kekuasaan tertinggi oleh dewan para dewa sebelum terjadinya peperangan besar antara surga dengan Tiamat. Ia dinyatakan sebagai pencipta segala sesuatu dan gembala dari para dewa. Ia diberi segala kuasa oleh Ea dan dengan demikian menghisap semua elim lain dan mengambil alih fungsi dan prerogatif mereka. Bagian ini berusaha mendekati dan memalsukan bagian dalam Alkitab.
Bangsa Sumeriapun memiliki peribahasa Enki: Ayahku, raja alam semesta membawaku masuk ke dalam keberadaan di dalam alam semesta, nenek moyangku, raja segala tanah, mengumpulkan semua milikku, meletakkannya di tanganku … Akulah “kakak laki-laki dari para dewa … akulah pemimipin Anunnaki, akulah dia yang telah dilahirkan sebagai anak sulung dari yang maha kudus An” (Eliade, Para Dewa, Dewi Dan Mitos-mitos Penciptaan, Harper & Row, hal. 22).
Namun hanya agama yang memiliki banyak allah yang memiliki kenyataaan tentang adanya kehendak yang di luar Allah Bapa. Inilah sebabnya mengapa sistem bangsa Mesir juga salah dimengerti. Mesir memiliki sistem yang mirip. Dari tulisan-tulisan di peti mati [Coffin Text] (1, 161 dan seterusnya. terjemahan karya RT. Rundle Clark dalam bukunya Myth and Symbol in Ancient Egypt , London, 1959, hal. 80), tertulis bahwa antara tahun 2250-1580 sebelum masehi, Atum adalah pencipta dari para dewa tertua (menyamakan dengan dewan para penatua). Dengan demikian orang Mesir berusaha membuat suatu dewan para allah yang dipusatkan pada kepresidenan Atum).
Dari bab 18 buku Kitab Kematian, orang Mesir memiliki kelompok-kelompok para dewa dalam sepuluh daerah yang mewakili sepuluh peristiwa penting dalam sejarah Osiris, yang masing-masing berada di bawah satu dewa. Daerah-daerah tersebut adalah:
1. Annu (Heliopolis)
2. Tattu (Busiris)
3. Sekhem (Latopolis)
4. Pe-Tep (Buto)
5. Tanah-tanah Rhekti
6. Abtu (Abydos)
7. Tempat penghakiman
8. Tattu (Mendes)
9. An-rut-f
10. Re-stau.
Dewa-dewa dari daerah-daerah tersebut adalah:
1. Tem, Shu, Tefnut.
2. Osiris, Isis, Nephthys, Heru-netch-hra-tef-f
3. Heru-khenti-an maati, Thoth.
4. Horus, Isis, Kestha (sebelumnya Mestha), Hapi.
5. Horus, Isis, Kestha.
6. Osiris, Isis, Ap-uat.
7. Thoth, Osiris, Anubis, Astennu.
8. Tiga dewa yang tidak bernama.
9. Ra, Osiris, Shu, Bebi.
10. Horus, Osiris, Isis (Budge, dalam karya yang disebutkan hal. cvii).
Orang Mesir percaya bahwa upacara ritual khusus bagi orang yang meninggal oleh para pendeta yang dengan pantas diurapi, dapat mengeluarkan tubuh non materi yang disebut sebagai sahu dari orang yang meninggal, yang mampu naik ke surga dan tinggal dimana para dewa berada. Sahu bersifat kekal dan mengambil bentuk tubuh orang yang daripadanya ia bersemi. Sahu adalah sebuah ruangan di dalam jiwa yang diletakkan oleh para dewa (Budge, dalam karya tersebut di atas, hal. 280).
Jiwa itu sendiri terdiri dari sebuah ka yang biasa bertempat tinggal di dalam kubur bersama tubuh orang yang meninggal tersebut. Namun, ia dapat berjalan-jalan sesuai kehendaknya dan memasuki patung orang yang meninggal tersebut. Itulah sebabnya orang Mesir tidak menyembah patung-patung; mereka menyembah apa yang diwakili oleh ka itu sendiri. Demikianlah, persembahan pada kubur diadakan agar ka tidak perlu berjalan-jalan. Ba atau hati jiwa terpaut dengan ka dan dapat memalsukan bentuk materi atau non materi sesuai kehendaknya. Ba digambarkan sebagai manusia berkepala elang dalam papyrus Nebqet di Paris.
Kehidupan binatang, dan kebaikan dan kejahatan, terletak di dalam hati atau ab. Ketiga hal tersebut dinilai di dalam penghakiman (yang tampaknya segera terjadi setelah kematian), yang terjadi di dalam ruang pengadilan Osiris yang juga adalah hakimnya. Yang terkutuk akan langsung dimakan habis oleh Pemakan Kematian, dan dengan demikian tidak ada konsep umum tentang Kebangkitan Orang Mati. Mereka yang tidak dikutuk dengan langsung pergi ke tempat tinggal Osiris dan masuk kedalam kebahagiaan abadi. Pada masa Raja Unas (Budge, dalam karya tersebut di atas. hal ixii & 286), ditemukan bukti atas adanya khaibit atau bayangan yang dihubungkan dengan ba yang menjadi bagian di dalam ka. Khu juga dihubungkan dengan ba atau hati jiwa namun merupakan mahluk halus, dan yang sesungguhnya adalah Jiwa itu sendiri. Dalam situasi apapun jiwa itu tidak dapat mati. Jiwa itu berdiam di dalam sahu.
Sekhem atau kekuatan dapat dilihat sebagai sosok roh dari kekuatan vital seseorang. Sekhem tinggal di surga diantara khus atau roh-roh. Biasanya disebutkan dalam hubungannya dengan jiwa dan roh (hal. ixviii).
Orang mesir memegang teguh kepercayaan bahwa ren atau nama seseorang harus diabadikan atau ia akan hilang dan tidak ada lagi. Nama menduduki tingkatan yang sama dengan ka. Pandangan ini konsisten dengan Kitab Kehidupan Alkitab. Oleh sebab itu ada beberapa jenis konsep yang mirip dengan Alkitab namun berusaha untuk membenarkan kekekalan manusia yang sebenarnya hanya milik Allah, seperti yang tertulis di dalam Alkitab. Secara serupa, konsep kontrol iblis dapat diberikan untuk kosmologi kompleks yang lain.
0 komentar:
Posting Komentar
Ayooo Bnnyak-Banyak berkomentar....
banyak KOMNETAR, anda akan mendapatkan Back LInk GRATIS!! /// Top Komentar
Kami Menerima kritik dan Saran dari Anda